Beberapa Jenis Jenis Komoditi Pertambangan di PT. Lautan Alam Indonesia Seperti,
Some Types of Mining Commodities in PT Lautan Alam Indonesia Such as,
KATALOG KOMODITI PERTAMBANGAN
MINING COMMODITY CATALOG
Berlian
Diamond
Pasir Kuarsa
Quartz Sand
Timah
Tin
Nikel
Nickel
Emas
Gold
Batubara
Coal
SEPUTAR INFORMASI KOMODITI PERTAMBANGAN
ABOUT MINING COMMODITY INFORMATION
Berlian adalah Batu Permata yang Terbuat dari Intan. Berlian pada Awalnya ditemukan di India pada abad ke-4 Masehi, endapan ini terbentuk 900 Juta tahun lalu. Sebagian besar batu-batu awal ini diangkut di sepanjang jaringan rute perdagangan yang menghubungkan India dan Cina, yang umumnya dikenal sebagai Jalur Sutra. Anehnya, Berlian memiliki beberapa karakteristik umum dengan Batu Bara. Keduanya terdiri dari zat yang paling umum di bumi, yaitu Karbon. Apa yang membuat berlian berbeda dari batu bara adalah cara atom karbon diatur dan bagaimana karbon terbentuk. Berlian diciptakan ketika Karbon mengalami tekanan dan suhu yang sangat tinggi yang ditemukan di lithosfer bumi, yang terletak sekitar 90-240 mil di bawah permukaan bumi.
Diamonds are gemstones made from diamonds. Originally discovered in India in the 4th century AD, these deposits were formed 900 million years ago. Most of these early stones were transported along the network of trade routes connecting India and China, commonly known as the Silk Road. Surprisingly, Diamonds share some common characteristics with Coal. Both are made up of the most common substance on earth, Carbon. What makes diamonds different from coal is the way carbon atoms are organized and how carbon is formed. Diamonds are created when Carbon is subjected to the extremely high pressures and temperatures found in the Earth's lithosphere, which is located about 90-240 miles below the Earth's surface.
Dalam memilih Berlian, ada 4 Aspek Penting yang harus diperhatikan, Aspek itu dikenal dengan 4C, yaitu Clarity, Colour, Cut, dan Carat.
In choosing a diamond, there are 4 important aspects that must be considered, these aspects are known as the 4Cs, namely Clarity, Color, Cut, and Carat.
Clarity berarti Kejernihan pada Berlian. Aspek ini dikaitkan dengan Inklusi atau Cacat pada Berlian yang Terbentuk secara Alami, ketika Proses Terbuatnya Berlian. Semakin Jernih sebuah Berlian, Maka Semakin Mahal Pula Harganya dan Tentunya Semakin Sedikit Inklusi yang ada. Clarity / Kejernihan Berlian tidak Berkolerasi dengan Kilau Berlian, sebab Pengukuran Clarity ini menggunakan Pembesaran 10x untuk Penilaiannya. Jadi Cacat di Berlian tersebut biasanya juga seringkali tak terlihat kasat mata dan tidak berdampak pada kilau berlian.
Clarity means the clarity of the diamond. This aspect is associated with inclusions or defects in the diamond that are formed naturally, during the diamond making process. The clearer a diamond is, the more expensive it is and the fewer inclusions there are. Diamond clarity does not correlate with diamond luster, because the clarity measurement uses 10x magnification for assessment. So defects in the diamond are often invisible to the naked eye and have no impact on the diamond's luster.
Ada enam Tingkatan Clarity Berlian, Semakin Tinggi Claritynya semakin mahal pula harga berlian tersebut. Berikut ini merupakan Tingkatannya tersebut
There are six levels of diamond clarity, the higher the clarity the more expensive the diamond. The following are the levels
FL (Flawless)
Flawless (FL) merupakan tingkat Kejernihan Tertinggi Berlian. Sebuah Berlian dinyatakan memiliki clarity FL jika tidak ada/ditemukan inklusi mau pun noda internal maupun eksternal. Hanya sedikit Berlian di seluruh Dunia yang termasuk Kategori FL
Flawless (FL) is the highest level of diamond clarity. A Diamond is declared to have FL clarity if there are no inclusions or internal or external blemishes. Only a few Diamonds around the World fall into the FL Category
IF (Internally Flawless)
Internally Flawless (IF) merupakan tingkat Kejernihan Tertinggi Berlian Kedua setelah Flawless (FL). Sebuah Berlian dinyatakan memiliki clarity IF jika tidak ada inklusi tetapi hanya sedikit noda yang terlihat dibawah pembesaran 10x
Internally Flawless (IF) is the second highest diamond clarity level after Flawless (FL). A diamond is declared to have IF clarity if there are no inclusions but only slight blemishes visible under 10x magnification.
VVS (Very Very Slightly Included)
Very Very Slightly Included (VVS) tingkat Kejernihan Tertinggi Berlian setelah Internally Flawless (IF). Pada tingkatan ini Inklusi pada berlian sangat sulit ditemukan di bawah 10x pembesaran bahkan oleh grader profesional , harus menggunakan microskop. Pada Tingkat clarity ini banyak ditemukan dan direkomendasikan oleh toko berlian di Indonesia. Clarity ini memiliki 2 Jenis yaitu VVS1 dan VVS 2
Very Very Slightly Included (VVS) is the highest clarity grade of diamond after Internally Flawless (IF). At this level Inclusions in diamonds are very difficult to find under 10x magnification even by professional graders, must use a microscope. This level of clarity is commonly found and recommended by diamond stores in Indonesia. This clarity has 2 types, namely VVS1 and VVS 2.
VS (Very Slightly Included)
Very Slightly Included (VS) tingkat Kejernihan Berlian setelah Very Very Slightly (VVS). Pada tingkatan ini, terdapat inklusi minor yang sulit hingga agak mudah untuk ditemukan dibawah pembesaran 10x oleh grader profesional, tetapi inklusi pada Clarity ini sangat kecil sekali dan tidak akan terlihat oleh kasat mata manusia. Clarity ini memiliki 2 Jenis yaitu VS1 dan VS2
Very Slightly Included (VS) is the level of Diamond Clarity after Very Very Slightly (VVS). At this level, there are minor inclusions that are difficult to somewhat easy to find under 10x magnification by professional graders, but the inclusions in this Clarity are very small and will not be visible to the human eye. This clarity has 2 types namely VS1 and VS2
SI (Slightly Included)
Slightly Included (SI) tingkat Kejernihan Berlian setelah Very Slightly (VS). Pada tingkat ini, memiliki inklusi yang mudah hingga sangat mudah untuk ditemukan dibawah pembesaran 10x oleh grader profesional. Seringkali inklusi dan noda yang ada pada berlian masih terlalu kecil. Bahkan jika dilihat dengan mata telanjang, kualitas VS1 dan SI2 bisa tampak sama. Clarity SI ini memiliki 2 Jenis yaitu SI1 dan SI2
Slightly Included (SI) is the Diamond Clarity level after Very Slightly (VS). At this level, it has inclusions that are easy to very easy to find under 10x magnification by a professional grader. Often the inclusions and blemishes present in diamonds are still too small. Even to the naked eye, VS1 and SI2 qualities can appear the same. Clarity SI has 2 types, SI1 and SI2.
I (Included)
Included (I) tingkat Kejernihan Berlian setelah Slightly Included (SI) dan menjadi Tingkatan paling rendah pada Berlian. Pada tingkatan ini, inklusi berlian terlihat jelas dibawah pembesaran 10x yang dilakukan oleh grader profesional. Clarity I ini memiliki 3 Jenis yaitu I1, I2, dan I3
Included (I) is the next level of diamond clarity after Slightly Included (SI) and is the lowest diamond grade. At this level, diamond inclusions are clearly visible under 10x magnification by a professional grader. Clarity I has 3 types: I1, I2, and I3.
Warna Berlian menjadi salah satu aspek yang menentukan kualitas sebuah berlian. Urutan warna berlian khususnya untuk berlian putih memiliki rentan D-Z. Pada Berlian Putih, tentunya semakin tinggi dan putih warna sebuah berlian, maka harganya semakin mahal. Hal ini berbanding dengan Berlian Fancy Colour (selain warna putih), Berlian Fancy Colour akan lebih mahal ketika memiliki warna yang lebih pekat. Namun untuk Berlian Putih, kemunculan sedikit warna akan membuat Berlian ini kurang disukai, sehingga Berlian dengan tingkatan warna rendah akan memiliki harga lebih murah pula
Diamond color is one of the aspects that determine the quality of a diamond. The diamond color sequence, especially for white diamonds, is D-Z. In White Diamonds, of course the higher and whiter the color of a diamond, the more expensive it is. This is in contrast to Fancy Colour Diamonds (other than white), Fancy Colour Diamonds will be more expensive when they have a deeper color. But for White Diamonds, the appearance of a little color will make these diamonds less desirable, so diamonds with low color levels will have a lower price.
Urutan Warna Berlian Putih diukur dari rentang D-Z, rentang warna ini dibagi menjadi lima Kategori Besar yakni Colourless(Tidak Bewarna), Near Colourless(Nyaris tidak Bewarna), Faint(Sedikit tidak Bewarna), Very Light(Cukup Bewarna), dan Light(Terlihat Jelas Bewarna). Berikut adalah tingkatan atau urutan warna berlian putih asli.
White Diamond Color Order is measured from the D-Z range, this color range is divided into five major categories namely Colourless, Near Colourless, Faint, Very Light, and Light. The following are the color grades or sequences of real white diamonds.
Colourless (D-F)
Warna Berlian Kategori ini merupakan yang paling langka, sehingga D-F adalah Jenis Berlian Termahal.
This category of diamond color is the rarest, so D-F is the most expensive diamond type.
Near Colourless (G-J)
Jenis Berlian ini sangat mirip dengan berlian Colourless, dan Berlian G-J lebih mudah ditemukan dan tentunya dengan harga yang lebih murah daripada Berlian Colourless
This type of diamond is very similar to a colorless diamond, and G-J diamonds are easier to find and certainly at a lower price than colorless diamonds.
Faint (K-M)
Berlian yang masuk dalam rentan warna Faint mungkin akan menunjukkan sedikit warna kekuningan saat dilihat dari posisi menghadap keatas.
Diamonds that fall into the Faint color range may show a slight yellowish tint when viewed from a face-up position.
Very Light (N-R)
Pada tingkatan ini, warna Kekuningan pada Berlian Putih terlihat Lebih Jelas dibandingkan dengan Kategori Faint
At this level, the yellowish color of the white diamond is more obvious than in the faint category.
Light (S-Z)
Light, merupakan kategori Warna Paling Rendah untuk Berlian Putih. Warna Kekuningannya pun terlihat Semakin Jelas meski hanaya dilihat dengan mata telanjang
Light, is the lowest color category for white diamonds. The yellowish color is even more vivid when viewed with the naked eye.
Skala warna Berlian menurut AGS dan GIA
Cutting atau Potongan pada Berlian merupakan Karakteristik terpenting dari 4C sebuah Berlian yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap kilau berlian. Potongan Berlian mengacu pada proporsi sebuah berlian dan menentukan kemampuan berlian dalam memantulkan cahaya. Semakin banyak cahaya yang mampu dipantulkan, semakin bersinar pula berlian tersebut. Potongan berlian dikategorikan dalam Skala : Excellent, Very Good, Good, Fair, dan Poor
Cutting is the most important characteristic of the 4Cs of a diamond and has the greatest influence on the diamond's luster. The cut refers to the proportions of a diamond and determines its ability to reflect light. The more light it is able to reflect, the more radiant the diamond is. Diamond cuts are categorized on a Scale: Excellent, Very Good, Good, Fair, and Poor.
Skala potongan Berlian menurut AGS dan GIA
Carat atau yang biasa disingkat (ct) menentukan berat suatu Berlian. Satu Carat setara dengan 1/5 gram atau 0.2gr. Carat merupakan salah satu aspek dari 4C penting yang harus diperhatikan. Carat sangat mempengaruhi harga berlian, dikarenakan Harga Berlian Tidak Dihitung berdasarkan kelipatan Caratnya, sebagai contoh :
Carat or commonly abbreviated (ct) determines the weight of a diamond. One Carat is equivalent to 1/5 gram or 0.2gr. Carat is one aspect of the 4Cs that must be considered. Carat greatly affects the price of diamonds, because the price of diamonds is not calculated based on multiples of carat, for example:
1. Harga berlian 0.5ct FL - EX EX EX - GIA : Rp. 45.300.000,-
2. Harga berlian 1.0ct FL - EX EX EX - GIA : Rp. 212.145.000,-
Maka dari itu, harga berlian tidak dihitung Berdasarkan kelipatan caratnya, melainkan mengikuti Rapaport Diamond Report, yang menentukan harga Jual Pasaran Berlian tiap tahunnya.
Therefore, diamond prices are not calculated based on multiples of the carat, but rather follow the Rapaport Diamond Report, which determines the market price of diamonds each year.
Sering Perkembangan Pasar, Stok dari Natural Diamond ini semakin berkurang, dimana Natural Diamond ini selain digunakan sebagai Perhiasan, juga digunakan sebagai keperluan industri. Untuk proses terbentuknya Natural Diamond ini pun, tercipta selama satu hingga tiga milyar tahun, setidaknya 85 mil dibawah Mantel Bumi dengan kondisi alami tekanan sangat tinggi dan suhu tinggi. Karena Kekurangan Stok tersebut dipasaran, Harga dari Natural Diamond ini pun menjadi jauh Lebih Mahal. Oleh karena itu, diproduksilah secara Massal Berlian Lab Grown (Berlian Sintetis) dan Moissanite (dari Silicon Karbida).
Frequent market developments, the stock of natural diamond is decreasing, where natural diamond is not only used as jewelry, but also used for industrial purposes. For the process of forming this Natural Diamond, it was created for one to three billion years, at least 85 miles under the Earth's mantle with natural conditions of very high pressure and high temperature. Due to the shortage of these stocks in the market, the price of natural diamond has become much more expensive. Hence, the mass production of Lab Grown Diamonds (synthetic diamonds) and Moissanite (from Silicon Carbide).
Berlian Lab Grown (Berlian Sintetis)
Berlian Lab Grown dibuat di Laboratorim dengan Metode HPHT (High Preassure High Temperature) dan CVD (Chemical Vapor Deposition). Jika dilihat dengan mata telanjang, tidak ada perbedaan antara Natural Diamond dan Berlian Lab Grown dikarenakan Natural Diamond dan Berlian Lab Grown memiliki sifat Kimia yang sama dengan memiliki kekerasan yang sama, yaitu 10 Mohs. Jadi untuk membedakan Natural Diamond dengan Berlian Lab Grown ini bisa dilakukan dengan melakukan Uji Laboratorium. Untuk harganya Berlian Lab Grown ini Jauh Lebih Murah dibandingkan dengan Natural Diamond.
Lab Grown Diamonds are made in laboratories using HPHT (High Pressure High Temperature) and CVD (Chemical Vapor Deposition) methods. When viewed with the naked eye, there is no difference between Natural Diamond and Lab Grown Diamond because Natural Diamond and Lab Grown Diamond have the same chemical properties with the same hardness, which is 10 Mohs. So to distinguish Natural Diamond from Lab Grown Diamonds, this can be done by conducting laboratory tests. For the price, this Lab Grown Diamond is much cheaper than the Natural Diamond.
Moissanite
Moissanite memiliki Unsur Kimia yang berbeda dengan Natural Diamond atau Lab Grown Diamond. Moissanite terbuat dari mineral yang disebut Silicon Karbida. Moissanite alami pertama kali ditemukan oleh Ilmuwan asal Prancis, Henri Moissan dari reruntuhan Meteor pada tahun 1893. Mineral alami Silicon Karbida sangat langka.
Moissanite has a different chemical element than Natural Diamond or Lab Grown Diamond. Moissanite is made from a mineral called Silicon Carbide. Natural Moissanite was first discovered by French scientist Henri Moissan from the ruins of Meteor in 1893. The natural mineral Silicon Carbide is very rare.
Dari segi Kekuatan, Berlian merupakan Batu Terkuat di Dunia yang memiliki Kekuatan 10 Mohs, sementara Moissanite hanya memiliki Kekuatan 9.25-9.5 Mohs. Moissanite ini juga dapat dideteksi sebagai Berlian karena keduanya sama-sama mengandung Karbon. Untuk Harga dari Moissanite ini sendiri pun Jauh Lebih Murah dibandingkan dengan Natural Diamond dan Lab Grown Diamond, sehingga ketika kalian mendapatkan penawaran harga 'berlian' yang begitu miring, hal ini perlu dipertanyakan Keasliannya
In terms of Strength, Diamond is the World's Strongest Stone having a Strength of 10 Mohs, while Moissanite only has a Strength of 9.25-9.5 Mohs. Moissanite can also be detected as a Diamond because both contain Carbon. For the price of Moissanite itself, it is much cheaper than Natural Diamond and Lab Grown Diamond, so when you get a 'diamond' price quote that is so sloping, this needs to be questioned for authenticity.
Tentunya, Moissanite dan Lab Grown Diamond memiliki Kelebihan dan Kekurangannya tersendiri, seperti Lab Grown Diamond yang kalau Dijual Kembali Harganya Lebih Jatuh dibandingkan Natural Diamond, sementara Moissanite jika dijual kembali sangat sulit dikarenakan bukan berlian asli serta nilainya yang rendah, dan jika ada yang membeli kembali harganya akan sangat jatuh dibandingkan dengan harga pertama kali membelinya.
Of course, Moissanite and Lab Grown Diamond have their own advantages and disadvantages, such as Lab Grown Diamond which if resold has a lower price than Natural Diamond, while Moissanite if resold is very difficult because it is not a real diamond and its value is low, and if someone buys back the price will fall greatly compared to the first time you buy it.
Pasir Kuarsa merupakan Hasil Endapan Sungai, Muara Pantai dan Endapan Aluvial Lainnya serta Endapan Batuan Pasir Dataran Tinggi. Biasanya digunakan sebagai Bahan Baku pada Industri Keramik, Industri Gelas dan Industri Pengecoran Logam. Namun Kadangkala juga Hanya dimanfaatkan Sebagai Tanah Urug.
Quartz Sand is the Result of River Deposits, Coastal Estuaries and Other Alluvial deposits and highland sandstone deposits. Usually used as raw material in the ceramic industry, glass industry and metal casting industry. But sometimes it is also only used as a backfill soil.
Pasir Kuarsa diketahui tersebar di Wilayah Indonesia seperti Tuban dan Rembang di Pulau Jawa, Bangka Belitung di Sumatra Selatan dan Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Pasir ini Berasal dari Hasil Pelapukan batuan yang mengandung Mineral Utama Kuarsa dan Feldstar. Hasil Pelapukan Kemudian Tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terdapat di alam bebas seperti berada di tepian Sungai, Danau atau Laut. Pasir Kuarsa memiliki wujud berbentuk kristal dan struktur hexagonal dengan warna seperti semen namun sedikit lebih putih. Pasir ini juga bersifat tidak bisa melekat jika tak dicampurkan dengan material lain seperti semen.
Quartz Sand is known to be scattered in Indonesian regions such as Tuban and Rembang on Java Island, Bangka Belitung in South Sumatra and Palangkaraya in Central Kalimantan. This sand comes from the weathering of rocks containing the main minerals Quartz and Feldstar. The results of weathering are then washed and carried away by water or wind found in nature such as on the banks of rivers, lakes or the sea. Quartz sand has a crystalline form and hexagonal structure with a color like cement but slightly whiter. This sand is also non-adherent if not mixed with other materials such as cement.
Pasir Kuarsa memiliki Ciri Khas yang Berbeda Setiap Jenisnya. Dan Salah Satu Jenis Pasir Kuarsa yang Banyak Dimiliki Indonesia adalah Pasir Kuarsa Silika. Pasir ini memiliki Kadar Silikon Dioksida diatas 97% dengan Pengotor Alumina dan Besi yang Rendah. Rincian Komposisinya merupakan Gabungan dari SiO2, Fe₂O₃ , Al₂O₃ , TiO2 , CaO , MgO , dan K₂O , Berwarna Putih Bening atau Warna Lain bergantung pada Senyawa Pengotornya, Kekerasan 7 (Skala Mohs), Berat Jenis 2,65, titik lebur 17150C, Bentuk Kristal Hexagonal, Panas Spesifik 0,185 dan Konduktivitas Panas 12– 1000C. Selain Mengenal apa itu Pasir Kuarsa, ternyata Pasir Kuarsa ini Memiliki Banyak Manfaat bagi Kehidupan Manusia Sehari-Hari yaitu Sebagai Bahan Baku Keramik hingga untuk Saringan Filter Air.
Quartz Sand has different characteristics for each type. And one type of quartz sand that Indonesia has a lot of is Silica Quartz Sand. This sand has silicon dioxide levels above 97% with low impurities of alumina and iron. Compositional Details are a Combination of SiO2, Fe₂O₃, Al₂O₃, TiO2, CaO, MgO, and K₂O, Clear White or Other Colors depending on the Impurity Compound, Hardness 7 (Mohs Scale), Specific Weight 2.65, melting point 17150C, Hexagonal Crystal Shape, Specific Heat 0.185 and Heat Conductivity 12-1000C. In addition to knowing what Quartz Sand is, it turns out that this Quartz Sand has many benefits for daily human life, namely as a ceramic raw material to filter water filters.
Adapun Berbagai Manfaat dari Pasir Kuarsa tersebut, seperti
The various benefits of quartz sand, such as
Manfaat Pasir Kuarsa di Sektor Industri / Benefits of Quartz Sand in the Industrial Sector
Pasir Kuarsa juga bisa Dimanfaatkan untuk Kebutuhan di Sektor Industri dari Mulai Industri Ban, Karet, Semen, Beton, Keramik, Tekstil, Kertas, Kosmetik, Elektronik, Cat, Film, Pasta Gigi, dan Lain-Lain.
Quartz Sand can also be used for needs in the industrial sector from the tire industry, rubber, cement, concrete, ceramics, textiles, paper, cosmetics, electronics, paints, films, toothpaste, and others.
Industri Konstruksi / Construction Industry
Pasir Kuarsa bisa dimanfaatkan sebagai Konstruksi atau Cor-Coran. Biasanya Ukuran yang dipakai adalah 14×20.
Quartz Sand can be used as Construction or Castings. Usually the size used is 14×20.
Industri Genteng Metal atau Logam / Metal or Metal Tile Industry
Masih di sektor konstruksi, Pasir Kuarsa Silika juga bisa digunakan untuk Bahan Genteng Metal/Logam yang Bisa Meredam Suara Hujan.
Still in the construction sector, Silica Quartz Sand can also be used for Metal / Metal Tile Materials that can reduce the sound of rain.
Industri Keramik / Ceramic Industry
Pasir Silika juga dimanfaatkan sebagai Bahan Baku Pabrik Industri Keramik. Keramik akan diproduksi dengan cara Mengolah Pasir Kuarsa sehingga berbentuk Keramik yang Berkilau dan Berkualitas Baik.
Silica Sand is also used as a raw material for the Ceramic Industry Factory. Ceramics will be produced by processing quartz sand so that it takes the form of sparkling and good quality ceramics.
Industri Semen / Cement Industry
Pasir Kuarsa Silika juga digunakan Sebagai Bahan Baku Semen/Mortar Ready Mix. Dalam Pembuatan menjadi Bahan Baku Semen, Pasir Kuarsa akan Diolah dengan Komponen Lainnya dan Menghasilkan Semen Siap Pakai Berkualitas untuk Digunakan Lebih Lanjut pada Konstruksi Bangunan
Silica Quartz Sand is also used as a raw material for Ready Mix Cement/Mortar. In the manufacture of cement raw materials, quartz sand will be processed with other components and produce quality ready-mixed cement for further use in building construction.
Industri Beton / Concrete Industry
Pasir Kuarsa juga Memiliki Peran Penting di Pembuatan Beton siap Pakai Terutama pada Proses Pengecoran atau Batching Plant. Dalam prosesnya, pasir kuarsa dicampur dengan semen, air, additive dan bahan lainnya. Selanjutnya, dilakukan pengadukan secara konsisten agar tercipta beton berkualitas tinggi. Beton sekarang lebih dipilih untuk menjadi bahan material bangunan karena strukturnya yang kuat dan kokoh untuk menopang segala jenis bangunan.
Quartz Sand also plays an important role in the manufacture of ready-mixed concrete, especially in the casting or batching plant process. In the process, quartz sand is mixed with cement, water, additives and other ingredients. Furthermore, it is stirred consistently to create high-quality concrete. Concrete is now preferred as a building material because of its strong and sturdy structure to support all types of buildings.
Industri Gelasatau Kaca / Glass Industry
Pasir Silika dengan Sio2 kurang dari 98% bisa Dimanfaatkan di Industri Gelas/Kaca. Campuran Pasir kuarsa yang Diolah menggunakan Teknologi Canggih Nantinya akan Disesuaikan dengan Bentuk dan Jenis yang Diminati Konsumen.
Silica sand with Sio2 less than 98% can be utilized in the glass industry. The mixture of quartz sand processed using advanced technology will later be adjusted to the shape and type desired by consumers.
Industri Ban / Tire Industry
Sedangkan di Industri Karet/Ban/Cat, Pasir Silika bisa Digunakan Sebagai Bahan Campuran serta Berfungsi sebagai Bahan Pengeras dengan Ukuran yang Digunakan yaitu Nano Silika.
While in the Rubber / Rubber / Paint Industry, Silica Sand can be used as a mixture and functions as a hardener with the size used, namely Nano Silica.
Digunakan Sebagai Sandblasting / Used as Sandblasting
Sandblasting adalah Teknik Membersihkan Kerak-Kerak/Karat di Mesin Logam yang Dipakai di Kegiatan Perindustrian. Dengan Semprotan Pasir Silika Tekanan Tinggi, Kerak/Karat pada Mesin Bisa Bersih.
Sandblasting is a technique for removing scale from metal machinery used in industrial activities. With high pressure silica sand spray, the scale/rust on the machine can be cleaned.
Sebagai Penjernihan Air / As Water Purification
Pasir Kuarsa tak hanya bisa membersihkan Mesin Logam yang digunakan di Sektor Industri namun juga bisa digunakan sebagai Penjernihan Air dengan Menyerap Lumpur, Tanah dan Sedimen. Karena fungsinya ini, pasir kuarsa juga banyak dicari orang yang bertujuan menjernihkan air di rumahnya. Bahan dasar pembuatan filter air di rumah hanya tawas yang dicampur dengan pasir kuarsa. Dan jika di pabrik, Teknologi Filter Air dengan Pasir Kuarsa bisa diterapkan agar Limbah yang Dihasilkan oleh pabrik tidak mencemarkan lingkungan sekitar.
Quartz Sand can not only clean metal machinery used in the industrial sector but can also be used as a water purifier by absorbing mud, soil and sediment. Because of this function, quartz sand is also sought after by people who aim to purify water in their homes. The basic ingredients for making water filters at home are only alum mixed with quartz sand. And if in the factory, water filter technology with quartz sand can be applied so that the waste produced by the factory does not pollute the surrounding environment.
Tambang Timah di Indonesia dikenal sebagai Penghasil Logam Timah Terbesar di Dunia. Sejarah tambang timah di Indonesia telah dimulai sejak 200 tahun yang lalu. Sumber daya mineral timah yang dimiliki Indonesia tersebar di beberapa daerah penghasil timah, baik daratan maupun perairan.
Tin Mining in Indonesia is Known as the Largest Producer of Tin Metal in The World. The history of tin mining in Indonesia dates back over 200 years. Indonesia's tin mineral resources are spread across several tin-producing areas, both land and water.
Timah merupakan Unsur Kimia yang Termasuk Logam Pascatransisi pada Kelompok 14 dalam Tabel Periodik. Bijih Timah yang Ditambang di Indonesia pada Umumnya merupakan Jenis Endapan Timah Placer atau Timah Sekunder yang disebut Juga Timah Aluvial. Sebagai material Penghantar Listrik dan Panas Terbaik, Timah digunakan untuk Berbagai Keperluan di Industri dan Pabrik Kimia. Material Timah memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan logam lainnya. Timah dapat dibuat menjadi Baju Anti Api, Stabiliser PVC, Pestisida, Serta Pengawet Kayu. Kaleng dari Bahan Timah juga Lebih Kuat dibandingkan Kaleng dari Bahan Alumunium.
Tin is a chemical element that includes post-transition metals in group 14 in the periodic table. Tin ore mined in Indonesia is generally a type of placer tin deposit or secondary tin, also known as alluvial tin. As the best electrical and heat conducting material, tin is used for various purposes in industry and chemical plants. Tin material has its own advantages compared to other metals. Tin can be made into flame retardant clothing, PVC stabilizers, pesticides, and wood preservatives. Tin cans are also stronger than aluminum cans.
Penjualan dan Pendistribusian hasil Tambang Timah di Indonesia 95% dilaksanakan untuk Memenuhi Permintaan Pasar dari luar Negeri. Logam Timah ini Diekspor ke Negara Tujuan yang Tersebar di Wilayah Asia Pasifik yang Meliputi Korea, Jepang, Taiwan, Cina, dan Singapura. Selain itu, Timah dari Indonesia juga Diekspor ke Negara-Negara Tujuan di Eropa, yakni Belanda, Inggris, Prancis, Spanyol, Kanada, Italia, dan Amerika Serikat.
The sale and distribution of tin mining products in Indonesia is 95% carried out to meet market demand from abroad. This tin metal is exported to destination countries spread across the Asia Pacific region which includes Korea, Japan, Taiwan, China, and Singapore. In addition, tin from Indonesia is also exported to destination countries in Europe, namely the Netherlands, United Kingdom, France, Spain, Canada, Italy, and the United States.
Indonesia memiliki Beberapa Daerah Penghasil Timah. Hasil Tambang Timah dari Indonesia ini Melimpah dan Menjadikan Indonesia sebagai Salah Satu Negara Pengekspor Timah Terbesar di Dunia. Berikut ini Beberapa Daerah Penghasil Timah Terbesar di Indonesia.
Indonesia has several tin-producing regions. The results of the Tin Mine from Indonesia are abundant and make Indonesia one of the largest tin exporting countries in the world. Here are some of the largest tin producing areas in Indonesia.
Pulau Belitung / Belitung Island
Batuan yang Bersifat Asam banyak Dijumpai di Pulau Belitung. Hal ini Disinyalir menjadi Salah Satu Faktor Penyebab Melimpahnya Timah di Pulau Belitung. Sehingga Pulau Belitung menjadi Salah Satu daerah Penghasil Timah Terbesar di Indonesia. Lokasi Tambang Timah di Pulau Belitung terletak di Manggar yang Merupakan Ibu Kota Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Bangka Belitung. Daerah ini Awalnya didirikan sebagai Pusat Penambangan Timah pada abad ke-19. Pada Tahun 2019, Hasil Tambang Timah di Pulau Belitung Meningkat Signifikan dibandingkan Tahun Sebelumnya, yakni dari 12.300 Ton menjadi 37.700 Ton. Penjualan Timah mencapai 31.600 ton dan 98% dari Jumlah Tersebut diekspor ke Negara-Negara Tujuan.
Acidic rocks are commonly found on Belitung Island. This is allegedly one of the factors causing the abundance of tin on Belitung Island. So that Belitung Island is one of the largest tin-producing areas in Indonesia. The location of the Tin Mine on Belitung Island is located in Manggar, which is the capital of East Belitung Regency in Bangka Belitung Province. This area was originally established as a Tin mining center in the 19th century. In 2019, tin mining results on Belitung Island increased significantly compared to the previous year, from 12,300 tons to 37,700 tons. Tin sales reached 31,600 tons and 98% of the amount was exported to destination countries.
Pulau Singkep / Singkep Island
Kegiatan Penambangan Timah di Pulau Singkep telah berlangsung Sejak Dua Abad yang Lalu, yaitu sekitar Tahun 1812. Pertambangan timah di lokasi ini termasuk yang tertua di Indonesia. Sebelum dikelola secara modern oleh perusahaan pertambangan, dulunya masyarakat mendulang timah di Pulau Singkep dengan cara tradisional. Logam Timah di Pulau ini melimpah dan terus ditambang sampai saat ini. Lokasi tambang timah di Pulau Singkep terletak di Bangkinang yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Selain di Bangkinang, Timah di daerah Dabo juga tidak kalah banyaknya. Luas area penambangan di Dabo mencapai 45.000 hektar.
Tin mining activities on Singkep Island have been going on since two centuries ago, around 1812. Tin mining in this location is among the oldest in Indonesia. Before being managed in a modern way by mining companies, people used to pan for tin on Singkep Island in a traditional way. Tin metal on this island is abundant and continues to be mined today. The location of the tin mine on Singkep Island is located in Bangkinang, which is the Capital of Kampar Regency, Riau Province. Apart from Bangkinang, Tin in the Dabo area is also no less abundant. The mining area in Dabo reaches 45,000 hectares.
Pulau Bangka / Bangka Island
Daerah Penghasil Timah Lainnya di Indonesia adalah Pulau Bangka, tepatnya di Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Lokasi ini memiliki Timah dalam Jumlah yang Cukup Besar sehingga tidak heran jika ada beberapa Tambang Timah di Muntok. PT Timah Tbk membangun Dua Smelter di Muntok pada Tahun 2019 yang Berfungsi untuk Mehnghasilkan Timah dengan Kadar Rendah. Fuming Smelter yang dibangun ini Memiliki Kapasitas sebesar 8.500 Ton setiap Tahunnya dengan Kapasitas Produksi dari Ausmelt Smelter sebesar 35.000 per Tahun. Itulah Sejarah Tambang Timah serta daerah Penghasil Timah di Indonesia. Setiap Wilayah memiliki Potensi Sumber Daya yang Berbeda-Beda dan Tentu memiliki Nilai Jual Tinggi Jika dikelola dengan Tepat. Apalagi, Prospek Bisnis untuk Tambang Timah masih menjanjikan.
Another tin-producing area in Indonesia is Bangka Island, precisely in Muntok, West Bangka Regency. This location has a fairly large amount of tin so it is not surprising that there are several tin mines in Muntok. PT Timah Tbk built two smelters in Muntok in 2019 that function to produce low-grade tin. The fuming smelter that was built has a capacity of 8,500 tons per year with a production capacity of 35,000 smelters per year. That is the history of tin mining and tin producing areas in Indonesia. Each region has different resource potential and certainly has a high selling value if managed properly. Moreover, the business prospects for tin mining are still promising.
Nikel adalah Unsur Kimia Metalik dalam Tabel Periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel adalah Logam Berwarna Putih Keperak–Perakan sedikit Semburat Keemasan. Nikel termasuk Logam Transisi, dan memiliki Sifat Keras serta Ulet. Nikel juga tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat menghasilkan paduan yang sangat berharga. Nikel murni berbentuk bubuk untuk memaksimalkan luas permukaan reaktif, memiliki aktivitas kimia yang signifikan, tetapi potongan yang besar lambat bereaksi dengan udara dalam kondisi normal karena lapisan teroksidasi terbentuk di permukaan dan mencegah korosi lebih lanjut (pasivasi). Meski begitu, nikel murni hanya ditemukan di Kerak Bumi dalam jumlah kecil, biasanya di batuan ultrabasa, dan di dalam meteorit besi atau siderit yang tidak terpapar Oksigen saat berada di luar Atmosfer Bumi
Nickel is a Metallic Chemical Element in the Periodic Table that has the symbol Ni and atomic number 28. Nickel is a Silvery-White Metal with a slight Golden Tinge. Nickel is a Transition Metal, and has hard and ductile properties. Nickel also belongs to the iron-cobalt group of metals, which can produce very valuable alloys. Pure nickel is powdered to maximize reactive surface area, has significant chemical activity, but large pieces are slow to react with air under normal conditions because an oxidized layer forms on the surface and prevents further corrosion (passivation). Even so, pure nickel is only found in the Earth's crust in small amounts, usually in ultrabasic rocks, and in iron meteorites or siderites that were not exposed to oxygen while outside the Earth's atmosphere.
Nikel, Salah Satu Hasil Tambang Indonesia, digunakan untuk Bahan Campuran Logam-Logam bukan Besi, Baja tahan Karat, Baja Jenis Lain, Pelapis Logam-Logam, Campuran Tahan Listrik dan Suhu Tinggi, Besi Tuang, Katalisator, Keramik, Magnet, dan sebagainya. Menurut Kompas, Bijih Nikel di Indonesia Ditemukan untuk Pertama Kali di Wilayah Sulawesi pada 1917 oleh Jawatan Pertambangan yang pada masa itu melakukan Eksplorasi. Pada tahun 1935, Boni Tolo Maatschappij, Anak Perusahaan Oost Borneo Maatschappij, Melakukan Eksplorasi di sekitar Pomalaa, Kolaka, Pulau Maniang, dan Pulau Lemo. Eksplorasi itu Menemukan Endapan Bijih yang Besar.
Nickel, one of Indonesia's mining products, is used for non-ferrous metal alloys, stainless steel, other types of steel, metal-metal coatings, electrical and high temperature resistant alloys, cast iron, catalysts, ceramics, magnets, and so on. According to Kompas, Nickel Ore in Indonesia was discovered for the first time in the Sulawesi region in 1917 by the Mining Ministry which at that time conducted exploration. In 1935, Boni Tolo Maatschappij, a subsidiary of Oost Borneo Maatschappij, explored around Pomalaa, Kolaka, Maniang Island and Lemo Island. The exploration found large deposits of ore.
Pada 1936-1941, Usaha Penambangan Bijih Nikel secara Sederhana dan Selektif dimulai. Pada 1942-1945, Usaha Penambangannya diperluas hingga Pulau Maniang. Pada akhir Perang Dunia II, Jepang Membangun Sebuah Pabrik Nikel Matte. Setelah Indonesia merdeka, 1947-1950, perusahaan Amerika Serikat, Freeport Sulphur Company—yang kemudian bernama Oost Borneo Maatschappij—Berupaya Menambang Nikel. Namun, Kondisi Keamanan menjadi Kendala Utama sehingga Kedua Perusahaan Jepang dan AS tersebut Tidak Berhasil.
In 1936-1941, simple and selective nickel ore mining began. In 1942-1945, the mining business was extended to Maniang Island. At the end of World War II, Japan built a nickel matte plant. After Indonesia's independence, 1947-1950, an American company, Freeport Sulphur Company - later named Oost Borneo Maatschappij - attempted to mine nickel. However, security conditions were a major obstacle and both Japanese and US companies were unsuccessful.
Pada 1957, Penambangannya Diusahakan oleh NV Perto (Pertambangan Toraja). Pada 1961, Perusahaan ini Diambil Alih Pemerintah dan Usahanya dilanjutkan PT (Negara) Pertambangan Nikel Indonesia. Sebagian Besar Bijih Nikel Indonesia diekspor ke Jepang. Produksi Nikel pada 1969 Tercatat 256.213 ton. Dua Tahun kemudian, pada 1971, Produksi mencapai 900.000 ton. Pada 1972 Produksi Naik menjadi 935.000 ton. Pada 1975, Produksinya Turun menjadi 801.000 ton, tetapi pada 1976 Naik lagi menjadi 828.816 ton. Sumber Nikel terdapat di Sulawesi Tengah, persisnya di Soroako yang memiliki cadangan 700.000 Ton dan di Bulubalang dengan cadangan 320.000 Ton. Di Sulawesi Tenggara, Sumber Nikel terdapat di Pomalaa dengan cadangan 1,37 juta ton, sedangkan Pulau Maniang memiliki cadangan 62.000 Ton.
In 1957, mining was undertaken by NV Perto (Toraja Mining). In 1961, the company was taken over by the government and the business was continued by PT (State) Indonesian Nickel Mining. Most of Indonesia's Nickel Ore is exported to Japan. Nickel production in 1969 was recorded at 256,213 tons. Two years later, in 1971, production reached 900,000 tons. In 1972, production rose to 935,000 tons. In 1975, production fell to 801,000 tons, but in 1976 it rose again to 828,816 tons. Nickel sources are found in Central Sulawesi, precisely in Soroako which has reserves of 700,000 tons and in Bulubalang with reserves of 320,000 tons. In Southeast Sulawesi, nickel resources are found in Pomalaa with reserves of 1.37 million tons, while Maniang Island has reserves of 62,000 tons.
Menurut Indo Gold, Di Indonesia sendiri Emas mulai ditambang Sejak Datangnya Imigran Cina lebih dari Seribu Tahun yang Lalu. Selanjutnya, Penambangan Emas kembali Berlanjut pada Zaman Hindu dan Masa-Masa Pendudukan Belanda dan Jepang. Di masa Penjajahan Belanda antara tahun 1600 sampai 1942, Tambang Emas di Indonesia Sangat Terbatas. Beberapa Lokasi yang Menjadi Tempat ditemukannya Emas antara lain berada di Daerah Lebong, Provinsi Bengkulu. Selain itu, Cadangan Bijih Emas juga ditemukan di kawasan Banten Selatan yang kita kenal sebagai Tambang Emas Cikotok yang dimiliki oleh PT Antam (Aneka Tambang).
According to Indo Gold, gold has been mined in Indonesia since the arrival of Chinese immigrants more than a thousand years ago. Furthermore, gold mining continued during the Hindu era and the Dutch and Japanese occupation periods. During the Dutch colonization between 1600 and 1942, gold mining in Indonesia was very limited. Some of the locations where gold was found were in the Lebong area, Bengkulu Province. In addition, Gold Ore Reserves were also found in the South Banten area which we know as the Cikotok Gold Mine owned by PT Antam (Aneka Tambang).
Di tahun 1939, Negara kita Berhasil mencatatkan Produksi Emas mencapai 2,5 ton. Setengah dari seluruh produksi tersebut berasal dari Lebong Tanda. Sayangnya saat Perang Dunia II berlangsung, tambang-tambang emas itu kembali ditutup. Hanya Tambang Emas Cikotok yang kembali beroperasi pasca perang. Sejak Perang Berakhir, Tidak Ada Peningkatan berarti Terkait Produksi Emas di dalam negeri. Di tahun 1985, Kita Hanya Berhasil menambang kurang lebih 2,6 Ton Emas. Sebanyak 90% dari seluruh prpduksi tersebut adalah Produk Sampingan yang Berasal dari PT Freeport Indonesia di Irian Jaya –sekarang Papua. Sementara sisanya lagi, berasal dari produksi PT Antam di Cikotok.
In 1939, our country successfully recorded gold production of 2.5 tons. Half of the production came from Lebong Tanda. Unfortunately, when World War II took place, the gold mines were closed again. Only the Cikotok Gold Mine resumed operations after the war. Since the war ended, there has been no significant increase in gold production in the country. In 1985, we only managed to mine approximately 2.6 tons of gold. As much as 90% of all production was by-products from PT Freeport Indonesia in Irian Jaya - now Papua. While the rest again, comes from the production of PT Antam in Cikotok.
Di Indonesia, ada beberapa Daerah sebagai Penghasil Emas Terbesar, seperti
In Indonesia, there are several regions as the largest gold producer, such as
Provinsi Papua Tengah / Central Papua Province
Tempat di kabupaten Mimika, Papua merupakan daerah pertambangan emas terbesar di Indonesia. Tambang emas tersebut dikelola oleh PT Freeport, di mana mereka menghasilkan sekitar 240 kilogram emas setiap harinya. Bahkan terdapat sebanyak 1.76 jita ton cadangan cadangan emas di tanah tersebut.
Mimika district, Papua is the largest gold mining area in Indonesia. The gold mine is managed by PT Freeport, which produces around 240 kilograms of gold every day. There are even as much as 1.76 million tons of gold reserves on the land.
Provinsi Nusa Tenggara Barat / West Nusa Tenggara Province
Tepatnya di tanah Sumbawa terdapat pertambangan Batu Hijau dan menjadi daerah penghasil emas terbesar kedua di Indonesia. Terdapat 2.77 juta ons emas mentah di sana.
The Batu Hijau mine in Sumbawa is the second largest gold producing area in Indonesia. There are 2.77 million ounces of raw gold there.
Provinsi Maluku Utara / North Maluku Province
Gosowong menjadi daerah penghasil emas terbesar ketiga di Indonesia. Tepatnya di Halmahera Utara, Maluku Utara. Dikelola oleh PT Nusa Halmahera Minerals dan diketahui bahwa ada sekitar 26,9 ton cadangan emas di sana.
Gosowong is the third largest gold producing area in Indonesia. It is located in North Halmahera, North Maluku. It is managed by PT Nusa Halmahera Minerals and it is known that there are about 26.9 tons of gold reserves there.
Provinsi Kalimantan Tengah / Central Kalimantan Province
Di Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Desa Pujon, menjadi Salah Satu Pertambangan Emas terbesar di Indonesia. Bahkan disana banyak disebut-sebut sebagai Desa Emas karena memiliki bijih emas yang melimpah.
In Central Kalimantan Province, precisely in Pujon Village, it is one of the largest gold mines in Indonesia. In fact, it is widely referred to as the gold village because it has abundant gold ore.
Provinsi Jawa Timur / East Java Province
Tepatnya di Tujuh Bukit, Banyuwangi menjadi salah satu kota penghasil emas terbesar di Indonesia. Diperkirakan di sana terdapat sekitar 28 juta ons cadangan emas di sana, dari total cadangan mineral sebanyak 1.9 ton.
Precisely in Tujuh Bukit, Banyuwangi is one of the largest gold producing cities in Indonesia. It is estimated that there are around 28 million ounces of gold reserves there, out of a total mineral reserve of 1.9 tons.
Batubara adalah Sumber Energi Terpenting untuk Pembangkitan Listrik dan Berfungsi Sebagai Bahan Bakar Pokok untuk Produksi Baja dan Semen. Namun demikian, Batubara juga Memiliki Karakter Negatif yaitu disebut Sebagai Sumber Energi yang Paling Banyak Menimbulkan Polusi Akibat Tingginya Kandungan Karbon. Sumber Energi Penting Lain, seperti Gas Alam, memiliki Tingkat Polusi yang Lebih Sedikit namun Lebih Rentan Terhadap Fluktuasi Harga di Pasar Dunia. Dengan demikian, Semakin Banyak Industri di Dunia yang Mulai Mengalihkan Fokus Energi Mereka ke Batubara.
Coal is the most important energy source for electricity generation and serves as the main fuel for steel and cement production. However, coal also has the negative characteristic of being the most polluting energy source due to its high carbon content. Other important energy sources, such as natural gas, are less polluting but more susceptible to price fluctuations on the world market. As such, more and more industries around the world are shifting their energy focus to coal.
Indonesia adalah Salah Satu Produsen dan Eksportir Batubara Terbesar di Dunia. Sejak Tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi Eksportir terdepan Batubara Thermal. Porsi Signifikan dari Batubara Thermal yang diekspor terdiri dari Jenis Kualitas Menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan Jenis Kualitas Rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang Sebagian Besar Permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan Informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Cadangan Batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.
Indonesia is one of the world's largest coal producers and exporters. Since 2005, when it surpassed Australia's production, Indonesia became the leading exporter of thermal coal. A significant portion of the exported thermal coal consists of medium quality types (between 5100 and 6100 cal/gram) and low quality types (below 5100 cal/gram) which are mostly demanded by China and India. Based on information provided by the Indonesian Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesia's coal reserves are expected to be depleted in approximately 83 years if current production levels continue.
Ada Banyak Kantung Cadangan Batubara yang Kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah :
There are many small pockets of coal reserves on the islands of Sumatra, Java, Kalimantan, Sulawesi and Papua, but the three areas with the largest coal reserves in Indonesia are:
Sumatera Selatan / South Sumatra
Kalimantan Selatan / South Borneo
Kalimantan Timur / East Borneo
Walaupun Kesadaran Global telah Dibangun untuk Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil, Perkembangan Sumber Energi Terbarukan tidak Menunjukkan Indikasi bahwa Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil (terutama Batubara) akan Menurun secara signifikan dalam Waktu Dekat, sehingga Batubara terus Menjadi Sumber Energi Vital. Kendati begitu, Teknologi Batubara Bersih dalam Pertambangan Batubara akan sangat diperlukan di Masa Mendatang (Sebagian karena Faktor Komersil) dan Indonesia diharapkan akan terlibat Secara Aktif di dalam Proses Tersebut sebagai Salah Satu Pelaku Utama di sektor Pertambangan Batubara. Teknologi Batubara bersih ini difokuskan untuk Mengurangi Emisi yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik bertenaga batubara namun teknologi ini belum berkembang cukup baik. Kegiatan-Kegiatan Hulu yang terkait dengan Pertambangan Batubara, seperti pengembangan Waduk-Waduk Coalbed Methane (CBM) yang Potensinya Banyak dimiliki oleh Indonesia, telah mulai mendapatkan Perhatian belakangan ini.
Although Global Awareness has been Built to Reduce Dependence on Fossil Fuels, the Development of Renewable Energy Sources shows no Indication that Dependence on Fossil Fuels (especially Coal) will Decrease Significantly in the Near Future, thus Coal continues to be a Vital Energy Source. However, Clean Coal Technology in Coal Mining will be indispensable in the future (partly due to commercial factors) and Indonesia is expected to be actively involved in the process as one of the major players in the coal mining sector. Clean Coal Technology is focused on Reducing Emissions generated by coal-fired Power Plants but this technology is not yet well developed. Upstream activities related to coal mining, such as the development of Coalbed Methane (CBM) reservoirs, of which Indonesia has a lot of potential, have started to receive attention recently.
Kebijakan Pemerintah Indonesia mempengaruhi Industri Pertambangan Batubara Nasional. Untuk Memperoleh Suplai dalam Negeri, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia meminta para Produsen Batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk konsumsi Dalam Negeri (Domestic Market Obligation). Selain itu, Pemerintah dapat menyetel Pajak Ekspornya untuk Mengurangi Ekspor Batubara. Selama beberapa Tahun Terakhir Pemerintah menyatakan keinginan untuk meningkatkan Konsumsi Domestik Batubara sehingga Batubara Mensuplai Sekitar 30% dari Pencampuran Energi Nasional pada Tahun 2025.
Indonesian government policies affect the national coal mining industry. To obtain domestic supply, the Indonesian Ministry of Energy and Mineral Resources requires coal producers to reserve a certain amount of production for domestic consumption (Domestic Market Obligation). In addition, the government can adjust its export tax to reduce coal exports. Over the past few years the government has expressed a desire to increase domestic consumption of coal so that coal supplies around 30% of the national energy mix by 2025.
*Sumber Informasi Indonesia Invesments